Web Novel Ex Strongest Swordsman Longs For Magic In Different World Bahasa Indonesia Chapter 4 - HOLY MAIDEN -->

Halaman

    Social Items

Chapter 4 : Mantan Terkuat, Mencoba Memastikan
Translate : Holymaiden
Editor : Holymaiden
Soma berjalan sendiri di bawah sinar matahari yang menyinari pepohonan.
Yang ada disekitarnya hanya ada pohon.
Singkatnya, ini adalah hutan. Meski tidak dapat dilihat lagi, ada sebuah rumah besar dan luas di belakangnya.
Itu adalah tempat tinggal Soma. Dan lagi, Soma pergi dari sana.
Tetapi, tidak ada bayangan orang disekitarnya. Satu-satunya yang ada disana hanyalah Soma sendiri.
Dia diam-diam keluar tanpa memberi tahukan siapa pun, meski itu adalah hal yang biasa, tetapi .... sebenarnya hal itu seharusnya tidak harus Dia lakukan.
Karena Soma tidak diizinkan keluar dari rumah.
Alasannya karena ada banyak bahaya sekitar rumahnya dan saat ini Dia tidak sedang melakukan latihan.
Tapi, Soma tidak peduli dengan hal semacam itu. Sebaliknya, Ia terus melangkah lebih jauh.
Hutan yang ada dibelakang rumahnya adalah hutan yang sebut sebagai Hutan Iblis. Tempat itu dikatakan sangatlah berbahaya.
Alasan Dia pergi kesana bukan karena Dia putus asa.
Itu karena, jalan yang Ia lalui sekarang adalah jalan yang sudah Dia lalui dulu.
Yup, Soma sudah pernah pergi kesini sebelumnya. Malahan, Ia sering kali keluyuran di hutan ini.
Hanya untuk jalan-jalan, itulah satu-satunya alasannya.
Meski Dia melakukannya lagi, itu bukan karena Dia putus asa .... atau lebih tepatnya Soma tidak memiliki alasan untuk itu.
Yah, mungkin jika ada, satu-satunya alasan-
[Hmm... Aku tidak punya bakat,ya? ... Yah, Bahkan jika begitu, itu tak apa-apa.](Soma)
Saat Dia bergumam, Dia membuang pemikirannya.
Bukan berarti Dia berpura-pura tangguh, Dia juga tidak berusaha menjadi memberontak.
Karena yang benar-benar Dia pikirkan dari lubuk hatinya.
Sejak awal Soma memang telah mengetahui banyak hal, tetapi berkat kenangan dan pengalaman dari kehidupan masa lalunya, Dia mengerti lebih dari siapapun.
Soma berpikir akan sangat buruk jika dianngap sebagai jenus, dan Dia telah memikirkan itu sejak awal.
Oleh karena itu, tak masalah jika tidak memiliki bakat ... Meski begitu, hanya ada satu alasan mengapa Soma terkejut ketika Dia diberitahu oleh Ibunya bahwa Dia tidak memiliki bakat.
Itu karena fakta kalau Dia tidak memiliki kemampuan berarti Dia tidak dapat menggunakan sihir.
Ya, Soma ingin menggunakan sihir.
Saat dilahirkan kembali di dunia ini, itu adalah tujuan terbesar yang Dia miliki sejak Dia mengetahui tentang sihir.
Tetapi, Ia terkejut saat diberitahu bahwa itu tidak mungkin.
Oleh karena itu, Dia meninggalkan kamarnya dengan kecewa, Akan ... tetapi jika Soma menyerah hanya karena hal semacam itu, Dia tidak akan pernah berdiri di puncak ilmu pedang.
Sehingga, Soma cepat pulih dari rasa kecewanya, dan berpikir ada yang salah dengan ini ... Dan tiba-tiba Ia memikirkan sesuatu.
Dia berada di sini hanya karena alasan itu—Dia berpikir untuk mencobanya.
... Yah, jujur saja, Dia sudah memikirkan banyak hal.
Misalnya, tentang melakukan hal yang lain.
Setidaknya yang berbeda dengan yang sudah pernah Dia lakukan.
Jujur saja, Soma tidak tahu Keluarga seperti apa Dia, atau seperti apa nama keluarganya, tetapi melihat ukuran rumah sebesar itu, Dia bisa membayangkan apa itu.
Alasan untuk tidak memberitahukannya mungkin karena mereka akan memberitahunya saat waktunya tiba.
Dan pasti begitu.
Itu adalah spekulasi dari sifat Ibunya, tetapi itu cukap mudah dipahami.
Adapun Soma, Dia tidak mempunyai masalah dengan itu, tetapi untuk Ibunya, Sepertinya ada beberapa masalah jika Dia tidak mempunyai Kemampuan apapun.
Entah itu memang karena Dunia ini atau mungkin karena kerajaan ini, Dia tak tahu persis.
Tetapi, itu tidak masalah.
Meski ada kemungkinan hubungannya dengan Ibunya akan berubah. Kurang lebih Dia sudah memikirkannya, dan Dia tidak dapat berbuat apa-apa tentang itu bahkan jika Dia peduli.
Terlebih lagi, ada sesuatu yang harus Dia lakukan sekarang.
Karena itu, Dia membuang pemikiran yang tidak perlu, Meski itu Hutan Iblis, Dia tetap melangkah jauh ke depan.
-----------------------
Dia bertanya-tanya sudah berapa jauh Dia memasuki hutan.
Soma sedang mengamati sebuah pohon, dan mencoba mendekatinya.
[Hmm ... Ini cukup bagus.](Soma)
Pohon itu sangat besar dan tebal.
Jangankan Soma, bahkan Orang dewasa tidak akan bisa menahannya sendiri.
Dua orang .. Tidak, mungkin diperlukan tiga orang untuk pohon seperti itu.
Ketika Dia memukulnya untuk mengujinya menggunakan tongkat kayunya, wajar saja pohon itu tidak bergeming sedikit pun.
Jika Dia ingin menjatuhkannya, mungkin Dia memerlukan Pedang besi ... Bukan, Itu jelas tetap tidak mungkin.
Tetapi, itu mungkin dilakukan jika memiliki bakat yang cocok – Kemampuan.
Namun, sambil memikirkan kembali Pengetahuan dunia ini, Soma bergumam.
Dia bertanya-tanya apakah memang begitu.
Mereka yang memiliki kemampuan yang identik dengan bakat, tetapi tidak bisa belajar keterampilan bukan berarti Ia tidak mempunyai bakat.
(P.S. : Setelah ini Kemampuan akan aku ubah menjadi keterampilan)
Sebagai contoh, seseorang bisa menggunakan pedang tanpa memiliki keterampilan pedang, dan ... juga ada catatan tentang mereka yang tidak memiliki keterampilan berpedang menang melawan mereka yang memilikinya.
Ini hanya untuk jaga-jaga, bukan karena iri.
Meski Dia diberitahu bahwa ada pengecualian, tapi-
[... Terlepas dari pengecualian, dengan kata lain, berarti akan ada kemungkinan bahkan jika aku tidak memiliki keterampilan.](Soma)
Bahkan tanpa keterampilan, ada kemungkinan menang melawan mereka yang memilikinya.
Yah, jika Dia hanya memikirkannya, tidak ada gunanya.
Tetapi Seberapa jauh mereka bisa melakukannya tanpa memiliki keterampilan?
Bahkan tanpa memiliki keterampilan pedang, mereka bisa mengayunkan pedang, dan menang melawan mereka yang memiliki keterampilan.
Jika memang begitu .... bahkan tanpa keterampilan sihir, bukankah mungkin untuk menggunakan sihir?
Untuk alasan itu, Dia ingin memastikannya.
Apa yang sedang berada didepannya sekarang adalah pohon yang sangat besar.
Bahkan dengan keterampilan pedang serta tongkat kayu di tangan Soma, Belum lagi memotong pohon, bahkan dia tidak bisa menggores pohon itu.
 Tetapi dalam sebuah keterampilan, ada sesuatu yang disebut tingkatan.
Jika penguasaaan nya lebih tinggi, hal itu dapat dilakukan.
Tingkat menengah lebih hebat dari tingkat bawah. Tingkat lanjutan lebih tinggi dari tingkat menengah. Tingkat khusus lebih hebat dari tingkat lanjutan.
Dan Tingkat tinggi, dengan mengayunkan keterampilan yang sama, hasilnya akan sangat berbeda.
Itu sebabnya, bahkan jika tidak mungkin dilakukan, dengan Keterampilan pedang tingkat tinggi ... tidak, bahkan jika tingkat khusus, memotong pohon itu menggunakan tongkat kayu akan sangat mudah.
Dengan kata lain, Soma, yang tak memiliki keterampilan bisa memotong pohon itu.
Yang berarti, bahkan tanpa keterampilan, akan ada kemungkinan untuk Soma menggunakan sihir—
[....Fiuh](Soma)
Sambil memikirkan hal itu, Dia perlahan menghembuskan nafas dan menggerakkan tangannya.
--Dalam sekejap.
Soma sudah melangkah maju dan mengayunkan tongkatnya.
(P.S. : Di Raw nya bertuliskan Pedang bukan tongkat.)
Itu merupakan salah satu keterampilan yang Soma Kuasai di kehidupan sebelumnya.
Tetapi, pada saat yang sama, hanya keterampilan itu yang dapat Dia gunakan sekarang.
Mengayunkan pedang tanpa memikirkan kondisi tubuhnya.
Meski Soma sudah melakukan pelatihan minimal di dunia ini, Dia hampir tidak pernah melakukan ‘Pelatihan pedang’.
Tak peduli seberapa banyak Dia mengingatnya, Tubuhnya tetap tidak akan mungkin mengatasinya.
- Yah.
Jika Dia hanyalah manusia biasa, itulah yang Dia pikirkan.
Tetapi Seorang pria yang dijuluki Dewa Pedang mengabaikan semua hal itu.
Apa yang terjadi pada tubuhnya.
Dia ingat dengan pedang roh yang telah mencapai tingkatan tertingginya.
Dan ketika Soma memutuskan menggunakannya, kecepatan pedangnya tidak dapat dilihat.
Yang ada di pikirannya hanya ada teknik rahasia dari sekolah tertentu yang pernah Dia lihat.
Dia mempelajarinya, meningkatkannya sampai mencapai batas, dan—
[--haa](Soma)
-  The Rule of the Sword – God Killer – Dragon Killer – Divine Protection of Dragon God – Absolute Slash – Ability of Discernment: Self-thought – Imitation – Zantetsuken.
Lengan yang terayun dengan nafas tajam, terhenti di tempat serupa sebelum Dia mengayunkannya.
Posisi kaki saat memegang tongkat sangat persis.
Tongkatnya berada di posisi yang sama sebelum Dia mengayunkannya.
Jika dilihat dari samping, akan sangatlah aneh.
Itu karena, didepannya ada sebuah pohon besar.
Tetapi jika dipikirkan lagi, seharusnya tongkatnya akan mengenai pohon dan terjatuh.
Tidak, sejak awal, bahkan tidak ada bunyi suara ... tapi ...
Melihat ke arah Soma, jelas ada sebuah senyuman kecil yang muncul di mulutnya.
[... Aku mengerti](Soma)
Segera setelah bergumam ... Seolah-olah itu sebuah tanda, tiba-tiba suara bergema.
Namun, bukan dari tongkat yang Dia pegang.
Suara itu berasal dari pohon pesar didepannya.
Tiba-tiba, pohon besar itu bergerak.
Pohon itu jatuh dari posisinya dan menyebabkannya hancur.
Ya, Sederhananya, Soma merobohkan pohon besar itu hanya dengan menggunakan tongkat kayu biasa.
Tapi, hal itu bukan yang membuat Soma tersenyum.
Alasannya karena, tak peduli berapa kali dia melakukannya, hasilnya kan tetap sama.
[Hmmm, Jika seperti ini .... Akan ada kemungkinan Aku bisa menggunakan sihir](Soma)
Soma, yang tidak memiliki keterampilan apapun, bisa melakukannya, bahkan yang memiliki keterampilan tidak akan bisa melakukannya.
Lalu, bukankah itu juga berlaku pada sihir?
Ya, benar.
Itulah yang ingin Soma pastikan.
Metode inilah yang paling mudah untuk Soma membuktikannya.
Meskipun tanpa keterampilan memang mustahil, tetapi dapat di coba karena masih ada kemungkinan.
[Jadi, bagaimana caranya agar bisa menggunakan sihir....?Yah, Aku hanya harus melakukan yang terbaik untuk mencari tahu dan mencobanya.](Soma)
Metode ini sama seperti yang pernah Dia lakukan di kehidupan sebelumnya.
Tak ada jalan lain selain mencobanya.
Dan itu yang terpenting.
Yah, memang .... Rasanya mustahil untuk dilakukan sekarang.
[Hmm...., aku rasa sudah waktunya](Soma)
Pohon besar itu akhirnya jatuh, sambil menciptakan getaran yang hebat.
Saat Soma melihatnya, Dia mengangguk – dan pandangannya serta kesadarannya menjadi kabur.
Dia terjatuh sama seperti pohon itu.

-------------

Ketika Dia mendengar suara itu, Seorang gadis menjauh dari tempat itu.
Suara yang belum pernah Ia dengar ... Suara itu tiba-tiba mengagetkannya.
[Eh ... Apa itu ...? Tidak mungkin .... di sini kan ..](Gadis)
Jika ada suara berarti ada sesuatu yang menyebabkannya.
Tapi ini adalah Hutan Iblis.
Meskipun itu nama yang dibuat secara acak ... tidak, bahkan jika bukan karena alasan itu, mustahil seseorang untuk datang ke tempat ini.
Kalau begitu apa itu?
[.... Hmm, mungkinkah sesuatu?Kalau begitu ....](Gadis)
Dia berpikir kalau Dia harus memberitahukan kepada seseorang, tetapi mengingat situasinya.
Jika Dia memberitahu pada Desanya, Dia tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jika itu sesuatu yang berbahaya.
[Bagaimanapun jika Aku mengabaikannya .... Tidak, itu belum tentu.](Gadis)
Ya, itu mungkin hanya kebetulan kalau pohon itu membusuk sehingga terjatuh.
Akan sangat bagus jika memang begitu, tapi ....
[... Untuk sekarang, Aku harus pergi melihatnya. Tapi jika Aku pergi sendiri, sesuatu mungkin akan terjadi, jadi ...](Gadis)
Gadis itu setengah putus asa.
Sejak awal, Dia datang kesini bukan untuk melakukan itu.
Tetapi karena tidak punya tujuan, Dia datang kesini.
Meski Dia berpikir, Dia dapat terbunuh jika Dia ditemukan, Dia tidak apa-apa dengan itu.
Gadis itu dengan berani, menuju ke arah suara itu berasal .... dan Di sana ...
Dia melihat sebuah pohon besar yang roboh dan seorang anak laki-laki yang merobohkannya.


Web Novel Ex Strongest Swordsman Longs For Magic In Different World Bahasa Indonesia Chapter 4

Chapter 4 : Mantan Terkuat, Mencoba Memastikan
Translate : Holymaiden
Editor : Holymaiden
Soma berjalan sendiri di bawah sinar matahari yang menyinari pepohonan.
Yang ada disekitarnya hanya ada pohon.
Singkatnya, ini adalah hutan. Meski tidak dapat dilihat lagi, ada sebuah rumah besar dan luas di belakangnya.
Itu adalah tempat tinggal Soma. Dan lagi, Soma pergi dari sana.
Tetapi, tidak ada bayangan orang disekitarnya. Satu-satunya yang ada disana hanyalah Soma sendiri.
Dia diam-diam keluar tanpa memberi tahukan siapa pun, meski itu adalah hal yang biasa, tetapi .... sebenarnya hal itu seharusnya tidak harus Dia lakukan.
Karena Soma tidak diizinkan keluar dari rumah.
Alasannya karena ada banyak bahaya sekitar rumahnya dan saat ini Dia tidak sedang melakukan latihan.
Tapi, Soma tidak peduli dengan hal semacam itu. Sebaliknya, Ia terus melangkah lebih jauh.
Hutan yang ada dibelakang rumahnya adalah hutan yang sebut sebagai Hutan Iblis. Tempat itu dikatakan sangatlah berbahaya.
Alasan Dia pergi kesana bukan karena Dia putus asa.
Itu karena, jalan yang Ia lalui sekarang adalah jalan yang sudah Dia lalui dulu.
Yup, Soma sudah pernah pergi kesini sebelumnya. Malahan, Ia sering kali keluyuran di hutan ini.
Hanya untuk jalan-jalan, itulah satu-satunya alasannya.
Meski Dia melakukannya lagi, itu bukan karena Dia putus asa .... atau lebih tepatnya Soma tidak memiliki alasan untuk itu.
Yah, mungkin jika ada, satu-satunya alasan-
[Hmm... Aku tidak punya bakat,ya? ... Yah, Bahkan jika begitu, itu tak apa-apa.](Soma)
Saat Dia bergumam, Dia membuang pemikirannya.
Bukan berarti Dia berpura-pura tangguh, Dia juga tidak berusaha menjadi memberontak.
Karena yang benar-benar Dia pikirkan dari lubuk hatinya.
Sejak awal Soma memang telah mengetahui banyak hal, tetapi berkat kenangan dan pengalaman dari kehidupan masa lalunya, Dia mengerti lebih dari siapapun.
Soma berpikir akan sangat buruk jika dianngap sebagai jenus, dan Dia telah memikirkan itu sejak awal.
Oleh karena itu, tak masalah jika tidak memiliki bakat ... Meski begitu, hanya ada satu alasan mengapa Soma terkejut ketika Dia diberitahu oleh Ibunya bahwa Dia tidak memiliki bakat.
Itu karena fakta kalau Dia tidak memiliki kemampuan berarti Dia tidak dapat menggunakan sihir.
Ya, Soma ingin menggunakan sihir.
Saat dilahirkan kembali di dunia ini, itu adalah tujuan terbesar yang Dia miliki sejak Dia mengetahui tentang sihir.
Tetapi, Ia terkejut saat diberitahu bahwa itu tidak mungkin.
Oleh karena itu, Dia meninggalkan kamarnya dengan kecewa, Akan ... tetapi jika Soma menyerah hanya karena hal semacam itu, Dia tidak akan pernah berdiri di puncak ilmu pedang.
Sehingga, Soma cepat pulih dari rasa kecewanya, dan berpikir ada yang salah dengan ini ... Dan tiba-tiba Ia memikirkan sesuatu.
Dia berada di sini hanya karena alasan itu—Dia berpikir untuk mencobanya.
... Yah, jujur saja, Dia sudah memikirkan banyak hal.
Misalnya, tentang melakukan hal yang lain.
Setidaknya yang berbeda dengan yang sudah pernah Dia lakukan.
Jujur saja, Soma tidak tahu Keluarga seperti apa Dia, atau seperti apa nama keluarganya, tetapi melihat ukuran rumah sebesar itu, Dia bisa membayangkan apa itu.
Alasan untuk tidak memberitahukannya mungkin karena mereka akan memberitahunya saat waktunya tiba.
Dan pasti begitu.
Itu adalah spekulasi dari sifat Ibunya, tetapi itu cukap mudah dipahami.
Adapun Soma, Dia tidak mempunyai masalah dengan itu, tetapi untuk Ibunya, Sepertinya ada beberapa masalah jika Dia tidak mempunyai Kemampuan apapun.
Entah itu memang karena Dunia ini atau mungkin karena kerajaan ini, Dia tak tahu persis.
Tetapi, itu tidak masalah.
Meski ada kemungkinan hubungannya dengan Ibunya akan berubah. Kurang lebih Dia sudah memikirkannya, dan Dia tidak dapat berbuat apa-apa tentang itu bahkan jika Dia peduli.
Terlebih lagi, ada sesuatu yang harus Dia lakukan sekarang.
Karena itu, Dia membuang pemikiran yang tidak perlu, Meski itu Hutan Iblis, Dia tetap melangkah jauh ke depan.
-----------------------
Dia bertanya-tanya sudah berapa jauh Dia memasuki hutan.
Soma sedang mengamati sebuah pohon, dan mencoba mendekatinya.
[Hmm ... Ini cukup bagus.](Soma)
Pohon itu sangat besar dan tebal.
Jangankan Soma, bahkan Orang dewasa tidak akan bisa menahannya sendiri.
Dua orang .. Tidak, mungkin diperlukan tiga orang untuk pohon seperti itu.
Ketika Dia memukulnya untuk mengujinya menggunakan tongkat kayunya, wajar saja pohon itu tidak bergeming sedikit pun.
Jika Dia ingin menjatuhkannya, mungkin Dia memerlukan Pedang besi ... Bukan, Itu jelas tetap tidak mungkin.
Tetapi, itu mungkin dilakukan jika memiliki bakat yang cocok – Kemampuan.
Namun, sambil memikirkan kembali Pengetahuan dunia ini, Soma bergumam.
Dia bertanya-tanya apakah memang begitu.
Mereka yang memiliki kemampuan yang identik dengan bakat, tetapi tidak bisa belajar keterampilan bukan berarti Ia tidak mempunyai bakat.
(P.S. : Setelah ini Kemampuan akan aku ubah menjadi keterampilan)
Sebagai contoh, seseorang bisa menggunakan pedang tanpa memiliki keterampilan pedang, dan ... juga ada catatan tentang mereka yang tidak memiliki keterampilan berpedang menang melawan mereka yang memilikinya.
Ini hanya untuk jaga-jaga, bukan karena iri.
Meski Dia diberitahu bahwa ada pengecualian, tapi-
[... Terlepas dari pengecualian, dengan kata lain, berarti akan ada kemungkinan bahkan jika aku tidak memiliki keterampilan.](Soma)
Bahkan tanpa keterampilan, ada kemungkinan menang melawan mereka yang memilikinya.
Yah, jika Dia hanya memikirkannya, tidak ada gunanya.
Tetapi Seberapa jauh mereka bisa melakukannya tanpa memiliki keterampilan?
Bahkan tanpa memiliki keterampilan pedang, mereka bisa mengayunkan pedang, dan menang melawan mereka yang memiliki keterampilan.
Jika memang begitu .... bahkan tanpa keterampilan sihir, bukankah mungkin untuk menggunakan sihir?
Untuk alasan itu, Dia ingin memastikannya.
Apa yang sedang berada didepannya sekarang adalah pohon yang sangat besar.
Bahkan dengan keterampilan pedang serta tongkat kayu di tangan Soma, Belum lagi memotong pohon, bahkan dia tidak bisa menggores pohon itu.
 Tetapi dalam sebuah keterampilan, ada sesuatu yang disebut tingkatan.
Jika penguasaaan nya lebih tinggi, hal itu dapat dilakukan.
Tingkat menengah lebih hebat dari tingkat bawah. Tingkat lanjutan lebih tinggi dari tingkat menengah. Tingkat khusus lebih hebat dari tingkat lanjutan.
Dan Tingkat tinggi, dengan mengayunkan keterampilan yang sama, hasilnya akan sangat berbeda.
Itu sebabnya, bahkan jika tidak mungkin dilakukan, dengan Keterampilan pedang tingkat tinggi ... tidak, bahkan jika tingkat khusus, memotong pohon itu menggunakan tongkat kayu akan sangat mudah.
Dengan kata lain, Soma, yang tak memiliki keterampilan bisa memotong pohon itu.
Yang berarti, bahkan tanpa keterampilan, akan ada kemungkinan untuk Soma menggunakan sihir—
[....Fiuh](Soma)
Sambil memikirkan hal itu, Dia perlahan menghembuskan nafas dan menggerakkan tangannya.
--Dalam sekejap.
Soma sudah melangkah maju dan mengayunkan tongkatnya.
(P.S. : Di Raw nya bertuliskan Pedang bukan tongkat.)
Itu merupakan salah satu keterampilan yang Soma Kuasai di kehidupan sebelumnya.
Tetapi, pada saat yang sama, hanya keterampilan itu yang dapat Dia gunakan sekarang.
Mengayunkan pedang tanpa memikirkan kondisi tubuhnya.
Meski Soma sudah melakukan pelatihan minimal di dunia ini, Dia hampir tidak pernah melakukan ‘Pelatihan pedang’.
Tak peduli seberapa banyak Dia mengingatnya, Tubuhnya tetap tidak akan mungkin mengatasinya.
- Yah.
Jika Dia hanyalah manusia biasa, itulah yang Dia pikirkan.
Tetapi Seorang pria yang dijuluki Dewa Pedang mengabaikan semua hal itu.
Apa yang terjadi pada tubuhnya.
Dia ingat dengan pedang roh yang telah mencapai tingkatan tertingginya.
Dan ketika Soma memutuskan menggunakannya, kecepatan pedangnya tidak dapat dilihat.
Yang ada di pikirannya hanya ada teknik rahasia dari sekolah tertentu yang pernah Dia lihat.
Dia mempelajarinya, meningkatkannya sampai mencapai batas, dan—
[--haa](Soma)
-  The Rule of the Sword – God Killer – Dragon Killer – Divine Protection of Dragon God – Absolute Slash – Ability of Discernment: Self-thought – Imitation – Zantetsuken.
Lengan yang terayun dengan nafas tajam, terhenti di tempat serupa sebelum Dia mengayunkannya.
Posisi kaki saat memegang tongkat sangat persis.
Tongkatnya berada di posisi yang sama sebelum Dia mengayunkannya.
Jika dilihat dari samping, akan sangatlah aneh.
Itu karena, didepannya ada sebuah pohon besar.
Tetapi jika dipikirkan lagi, seharusnya tongkatnya akan mengenai pohon dan terjatuh.
Tidak, sejak awal, bahkan tidak ada bunyi suara ... tapi ...
Melihat ke arah Soma, jelas ada sebuah senyuman kecil yang muncul di mulutnya.
[... Aku mengerti](Soma)
Segera setelah bergumam ... Seolah-olah itu sebuah tanda, tiba-tiba suara bergema.
Namun, bukan dari tongkat yang Dia pegang.
Suara itu berasal dari pohon pesar didepannya.
Tiba-tiba, pohon besar itu bergerak.
Pohon itu jatuh dari posisinya dan menyebabkannya hancur.
Ya, Sederhananya, Soma merobohkan pohon besar itu hanya dengan menggunakan tongkat kayu biasa.
Tapi, hal itu bukan yang membuat Soma tersenyum.
Alasannya karena, tak peduli berapa kali dia melakukannya, hasilnya kan tetap sama.
[Hmmm, Jika seperti ini .... Akan ada kemungkinan Aku bisa menggunakan sihir](Soma)
Soma, yang tidak memiliki keterampilan apapun, bisa melakukannya, bahkan yang memiliki keterampilan tidak akan bisa melakukannya.
Lalu, bukankah itu juga berlaku pada sihir?
Ya, benar.
Itulah yang ingin Soma pastikan.
Metode inilah yang paling mudah untuk Soma membuktikannya.
Meskipun tanpa keterampilan memang mustahil, tetapi dapat di coba karena masih ada kemungkinan.
[Jadi, bagaimana caranya agar bisa menggunakan sihir....?Yah, Aku hanya harus melakukan yang terbaik untuk mencari tahu dan mencobanya.](Soma)
Metode ini sama seperti yang pernah Dia lakukan di kehidupan sebelumnya.
Tak ada jalan lain selain mencobanya.
Dan itu yang terpenting.
Yah, memang .... Rasanya mustahil untuk dilakukan sekarang.
[Hmm...., aku rasa sudah waktunya](Soma)
Pohon besar itu akhirnya jatuh, sambil menciptakan getaran yang hebat.
Saat Soma melihatnya, Dia mengangguk – dan pandangannya serta kesadarannya menjadi kabur.
Dia terjatuh sama seperti pohon itu.

-------------

Ketika Dia mendengar suara itu, Seorang gadis menjauh dari tempat itu.
Suara yang belum pernah Ia dengar ... Suara itu tiba-tiba mengagetkannya.
[Eh ... Apa itu ...? Tidak mungkin .... di sini kan ..](Gadis)
Jika ada suara berarti ada sesuatu yang menyebabkannya.
Tapi ini adalah Hutan Iblis.
Meskipun itu nama yang dibuat secara acak ... tidak, bahkan jika bukan karena alasan itu, mustahil seseorang untuk datang ke tempat ini.
Kalau begitu apa itu?
[.... Hmm, mungkinkah sesuatu?Kalau begitu ....](Gadis)
Dia berpikir kalau Dia harus memberitahukan kepada seseorang, tetapi mengingat situasinya.
Jika Dia memberitahu pada Desanya, Dia tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jika itu sesuatu yang berbahaya.
[Bagaimanapun jika Aku mengabaikannya .... Tidak, itu belum tentu.](Gadis)
Ya, itu mungkin hanya kebetulan kalau pohon itu membusuk sehingga terjatuh.
Akan sangat bagus jika memang begitu, tapi ....
[... Untuk sekarang, Aku harus pergi melihatnya. Tapi jika Aku pergi sendiri, sesuatu mungkin akan terjadi, jadi ...](Gadis)
Gadis itu setengah putus asa.
Sejak awal, Dia datang kesini bukan untuk melakukan itu.
Tetapi karena tidak punya tujuan, Dia datang kesini.
Meski Dia berpikir, Dia dapat terbunuh jika Dia ditemukan, Dia tidak apa-apa dengan itu.
Gadis itu dengan berani, menuju ke arah suara itu berasal .... dan Di sana ...
Dia melihat sebuah pohon besar yang roboh dan seorang anak laki-laki yang merobohkannya.


Load Comments
×Close

Notifications

Disqus Logo